Sunday, 26 June 2011

Saatnya Untuk Menikah...

Saatnya Untuk Menikah

alt
"Apabila datang kepadamu seorang laki-laki datang untuk meminang yang engkau redha terhadap agama dan akhlaqnya maka nikahkanlah dia. Bila tidak engkau lakukan maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan akan timbul kerusakan yang merata di muka bumi." - HR Tarmidzi dan Ahmad
Saya tidak tahu apakah ini merupakan Hukum Sejarah yang digariskan allah
Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan nyaris tak menemukan jalan keluarnya.
Mereka menunda-nunda pernikahan tanpa ada alasan Syar'ie dan akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat menginginkannya.
Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung ada yang mahu serius.

Lingkaran Ketakutan Berlanjutan

Bila di usia dua puluh tahunan mereka menunda pernikahan karena takut dengan ekonominya yang belum mapan, di usia menjelang tiga puluh hingga tiga puluh lima berubah lagi masalahnya.
Laki-laki mengalami Sindrom Kemapanan (meski wanita juga banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30).
Mereka (laki-laki) menginginkan pendamping dengan kriteria yang sulit dipenuhi.
Seperti Hukum Kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang masuk kategori.
Begitu pula Kriteria Tentang Jodoh, ketika menetapkan kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan keinginan kita.
Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan kriteria tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya?
Ketika usia sudah 40-an, ketakutan kaum laki-laki sudah berbeza lagi, kecuali bagi mereka yang tetap terjaga hatinya.
Jika sebelumnya banyak kriteria yang dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi isteri dengan baik.
Lebih-lebih lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang mencekam.
Iaitu kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah sementara anak masih kecil.
Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih banyak perlu dinasihati.

Bila Iman Tiada Makan Muncul Putus Asa

Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka sanggup menitiskan air mata.
Awalnya adalah kerana mereka menunda apa yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan. Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan:

Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan Perempuan apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya." - HR Ahmad

Hadis ini menujukkan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik langsung mahupun tak langsung.
Secara 'lansung' adalah menuntut mahar yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang 'tidak secara langsung'.
Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah.
Sebahagian orang mengadakan acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan hadiah atau wang belanja untuk biaya pernikahan secara tersendiri.
Bila seseorang tak kuat menahan beban, maka bisa saja melakukan penundaan pernikahan semata-mata hanya kerana masalah ini.

Saya sangat khawatir akan keruhnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan itu kehilangan barokahnya.

Naudzubillah! Penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qona'ah (mencukupkan diri dengan yang ada).
Pilihlah Yang Bertaqwa
Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a berkata:
"Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini kerana, jika laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya, ia tidak akan berbuat zalim kepadanya."
Nasihat Al- Hasan menuntun kita untuk menjernihkan fikiran. Jika kita menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi jiwa.
Wallahu alam bi showwab.

Lagi Sayang... Lagi Diuji

Lagi Sayang... Lagi Diuji

alt

"Abang, betul ke kalau Allah sayang kita, Dia akan uji kita dengan banyak ujian?"
 satu soalan singgah ke peti masuk mesej telefon saya....

"Macam mana kalau tak betul?"

Kepada adikku, inilah jawapan abangmu.

Adikku,

Apabila kamu persoalkan kasih sayang manusia kepada kamu, maka abang sangat berlapang dada bahawa manusia ini memang terlalu nipis lapis kasih dan sangat kecil pula kotak sayang yang mereka miliki. Banyak terjadi bayi kecil dibuang ke serata pelusuk yang tidak layak, para pemimpin pula sibuk mengeringkan tabungan rakyat laksana buaya lapar yang dahagakan mangsa.

Tetapi yang kamu persoalkan ini adalah kasih sayang Tuhan-Mu. Dia yang dengan jelas menyebut diri-Nya sebagai Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani, di setiap surah di dalam Al-Qur'an. Adakah sejak abang ke sini lantas kamu juga meringankan tilawah yang wajib ini?

Jika benar, maka mari abang mengajakmu supaya kita sama-sama menyelak kembali lembaran suci yang setiap ayatnya membersihkan jiwa ini. Perhatikan, bahawa Allah telah memberi peringatan kepada kita dengan firman-Nya: 

"Dan apabila Kami beri manusia merasai sesuatu rahmat, mereka bergembira dengannya (sehingga lupa daratan); dan jika mereka ditimpa sesuatu bencana disebabkan apa yang telah dilakukan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka berputus asa. Mengapa mereka bersikap demikian?) dan mengapa mereka tidak melihat (dengan hati mereka) bahawa Allah memewahkan rezeki bagi sesiapa yang dikehendakiNya (sebagai cubaan adakah orang itu bersyukur atau sebaliknya), dan Ia juga yang menyempitkannya (sebagai ujian sama ada diterima dengan sabar atau tidak)? Sesungguhnya hal yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman." (Surah Ar-Rum: 36-37)

Ujian Kesempitan Adalah Hasil Kecuaianmu
Adikku,

Apakah rasamu mendengarkan ayat Alllah di atas? Tidakkah kamu melihat kesenangan dan kemudahan hidup sebagai ujian Allah, sama seperti kesempitan hidup yang kamu dakwakan sedang Allah timpakan kepada kamu sekarang?

Fikirkan juga wahai adikku, semua kesusahan yang kamu deritakan ini hanyalah berpunca dari kelalaianmu sendiri. Kamu gagal mendapatkan keputusan cemerlang dalam peperiksaanmu, bukankah itu natijah dari kemalasan dan kekurangan strategimu dalam mengulangkaji pelajaran? Atau kamu masih angkuh menafikannya?

Kemudian, kamu sibuk mengatakan ummi asyik marahkan kamu, kawan-kawan pula gemar menaikkan darahmu, kenanglah semula wahai adikku. Sejauh mana kamu berakhlak dengan mereka? Apakah kamu benar-benar berlaku adil dengan mereka? Bahkan sekalipun kamu sudah berakhlak sebaiknya dengan mereka, sepatutnya kamu ingat kepada baginda Nabi sebagai manusia yang luar biasa akhlaknya tetap juga dilukai manusia.

Namun, jika ujianmu benar terlalu berat, tiada apa yang dapat abang nasihatkanmu melainkan mengajakmu supaya sentiasa bersabar. Bersabar, bersabar, dan teruslah bersabar kerana untuk orang-orang yang bersabar, ganjarannya adalah seinfiniti pahala. Itu janji Tuhan. Bersabarlah kerana deritamu ini sangat sedikit berbanding kehidupan akhirat nanti. Adakah dapat kamu bayangkan kesusahan dunia sekitar empat, lima tahun, puluhan tahun sekalipun jika dibandingkan dengan kebahagiaan akhirat yang tahunnya tidak akan habis?

Hidup ini bukanlah selama-lamanya, bahkan bukan lama pun. Apabila kamu sudah merasai kehidupan, maka bersedialah pula untuk mati. Ingatlah kepada kematian, fikirkanlah tentang akhirat, kamu akan insaf nanti.
Ujian Ini Nikmat Keimanan

Adikku, tidakkah kamu mengaku bahawa kamu ini orang beriman. Sedangkan jika benar, pastinya kamu pernah mendengar firman Allah ini,

"Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cubaan)?Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu daripada mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahuiNya tentang orang-orang yang berdusta." (Surah Al-Ankabut: 3-4) 

Sekarang, persoalkan dirimu sendiri, mana bukti keimananmu? Adakah layak kamu mengaku beriman kepada Allah, kepada rasul-Nya, sedangkan kamu tidak yakin bahawa ujian ini daripada-Nya untuk menguji keimananmu?

Para sahabat nabi, mereka membenarkan iman mereka dengan menyediakan leher-leher mereka di medan perang untuk mengembangkan Islam. Bahkan seluruh para tabiin, hidup mereka tiada keseronokan melainkan dalam keasyikan bersama ujian dan tarbiyah daripada Allah. Maka jika ini menjadi bukti keimanan mereka, mengapa kita tidak sanggup membuktikan keimanan dengan menghadapi ujian hidup ini bersama kesabaran terhebat yang mampu kita persembahkan?

Alangkah Baiknya Bahawa Yang Mengatur Adalah Allah

Adik, hidup kita semalam, pagi tadi, dan sekarang Allah yang atur. Malah kalau kita mati sekejap lagi, itu pun Allah yang atur. Bukankah sangat baiknya hidup kita ini yang mengaturnya adalah Allah?
Atau fikirmu bahawa kamu sendiri dapat mengaturkan hidupmu dengan cara yang kamu sendiri mahu? Urusan kebahagianmu kamu uruskan sepenuhnya, tanpa cahaya petunjuk daripada Allah. Begitukah yang kamu mahu?

Jika kamu menjawab tidak,  
maka kembalikanlah keyakinanmu. Tuhan tidak mengujimu dengan sia-sia. Bahkan dia merancang untuk kamu kebaikan yang tidak dapat kamu bayangkan.

Pernah suatu hari Saiyidina Umar datang menghadap nabi dengan membawa beberapa orang tawanan. Di antara para tawanan itu terlihat seorang wanita sedang mencari-cari, lalu apabila dia mendapatkan seorang bayi di antara tawanan, dia terus mengambil bayi itu lalu mendakapkannya ke perut untuk disusui.
Lalu Rasulullah saw. bersabda: Bagaimana pendapat kamu sekalian, apakah wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api? Para sahabat menjawab: Tidak, demi Allah, sedangkan dia mampu untuk tidak melemparnya. Rasulullah saw. bersabda:  
Sungguh Allah lebih mengasihi hamba-Nya daripada wanita ini terhadap anaknya.

Adik, ummi sayangkan kamu pun tidak sampai 0.001 peratus daripada Tuhan sayangkan kamu!

Hati Itu

Hati Itu

Insyirah mengintai ke luar jendela yang dibuka sedikit untuk melihat mentari tengahari. Menyaksikan padang universitinya yang dibasahi hujan yang turun sejak subuh tadi. Sudah tiga hari hujan turun tiada hentinya. Keadaan ini biasa berlaku di negeri-negeri di pantai timur.

Hujung tahun bermakna mulanya musim tengkujuh. Tidak pernah terdetik di fikirannya akan tercampak ke negeri Terengganu ini. Masakan tidak, dari kecil hingga kini, tak pernah dia berenggang dengan keluarganya sejauh ini.

Seluruh perasaan masih merintih akan masalah yang masih memberati fikirannya. Saban masa, dia bersungguh-sungguh berdoa agar Allah membendung perasaan kasihnya terhadap seseorang yang membuatkan hatinya kini gundah gulana. Alangkah merananya dia dalam keadaan ini. Hatta ibarat terkena minyak pengasih.

"Ya Allah, suburkanlah cintaku pada-Mu.." rintih Insyirah.

Insyirah terduduk dan beristighfar.

"Susahnya bila ada masalah hati ni," keluh Insyirah.

Dia mengeluh sambil tangan menarik kerusi belajar. Usai duduk, dia mencapai buku mikrobiologinya. Otak sudah diset untuk menyiapkan lab report yang tertunggak sedari pagi tadi dek kerana melayan lamunan yang entah apa-apa. Seketika, dia membaca doa belajar yang ditampal di dinding meja studinya.

Sedang tangan ligat menulis introduction of morphology dan characteristic of bacteria pada kertas kajang, azan Zohor berkumandang dari masjid berdekatan. Sayup-sayup saja kedengaran laungan kemegahan itu dek kerana kedudukan masjid itu yang jauh.

Habis saja dia membaca doa selepas azan, dia mengejutkan Aishah, rakan sebiliknya yang sedang tidur. Qailullah (tidur sebentar sebelum waktu Zohor) katanya.

"Sha, Sha bangun. Dah azan dah.." sambil memanggil, dia mengoyang-goyang bahu Aishah.

Usai solat zuhur berjemaah di surau asrama yang dipimpin oleh seorang muslimin, Insyirah masih berteleku di atas sejadah. Memikirkan masalah 'hatinya'.

'Ya Allah, kenapa masalah ini juga yang terbayang-bayang? Berdosanya aku mengabaikan-Mu.'

Insyirah memejam mata sambil tangan kiri memicit pelipisnya. Tanpa disedari, bibirnya mengeluh. Cukup kuat untuk didengari Aishah yang sedang melipat sejadah.

Aishah memandang Insyirah sekilas.

"Syirah.." Aishah memanggil lembut.

Dalam mata yang masih terpejam, Insyirah masih bermonolog.

'Tu la syirah, kenapa tak jaga pandangan tu..'

"Syirah.." Aishah masih setia memanggil.

"Kan susah sekarang. Bukan kau sendiri tak tahu, daripada pandangan yang tidak terkawallah, hati boleh rosak."

"Syirah.." kening Aishah sudah berkerut.

"Parah ni. Tiga kali panggil tak berjawab."

Lantas, kaki melangkah ke arah Insyirah. Bahu rakannya itu disentuh lembut. Mata Insyirah terbuka. Memandang Aishah yang merenungnya dengan senyuman.

"Masih fikirkan masalah yang enti cerita kat ana semalam?" Aishah akhirnya duduk di sebelah Insyirah. Tangan yang dibahu, dibawa ke jari-jemari Insyirah pula. Digenggam erat.

Insyirah tersenyum tawar tanpa gula.

"Susahlah ukhti nak jaga hati ni. Tak terdaya rasanya" Insyirah meluahkan.

"Ukhti, Ukhti... memanglah susah ukhti nak jaga hati ni. Siapa kata senang? Sebab itu kita kena ada banteng kita sendiri. Ingat tak ceramah Ilaajul Qulub kelmarin? Ingat tak apa ustaz tu cakap. Err...apa nama ustaz tu? Aa Allah...ana lupa pula." Aishah mengaru dagunya sambil matanya memandang dinding surau, cuba mengingati nama ustaz tersebut.

Terimbas seketika ceramah bertajuk "Al-Qalbu kunci dalam mencorakkan peribadi unggul" yang dianjurkan oleh Persatuan Mahasiswa Usuluddin di universitinya. Memang bagus ceramahnya. Terasa bi'ah solehahnya di dewan itu yang rata-ratanya dihadiri kakak-kakak Fakulti Kotemporari Islam(FKI) yang majoritinya bertudung labuh. Ada juga yang berpurdah.

"Ukhti ni... Ustaz Syed Hadzrullathfi lah nama ustaz tu.." Syirah menjawab. Mahu tergelak juga rasanya bila melihatkan Aishah yang bersungguh sangat memikir nama ustaz tersebut.

"Oh ye ke, ana lupa la ukhti. Ha, ingat tak apa ustaz tu cakap untuk menjaga hati ni?"

Insyirah menghela nafas panjang. "Ala Aishah ni, orang tanya dia, dia tanya orang balik."

"Jangan pernah redha dengan maksiat?" Insyirah menjawab kembali dalam nada bertanya.
"Lagi?"
"Tak bersungguh nak berubah?"
"Lagi?" Aishah seronok bertanya sambil tersenyum nipis.
"La...enti ni. Ana tanya enti, enti tanya ana balik." Insyirah menampar bahu Aishah.

Ketawa Aishah pecah.

"Sakitlah ukhti."Aishah memegang bahunya. Terasa sengal seketika.
"Tu la, buli orang lagi."

Aishah menarik nafas dalam. Memandang Insyirah sekilas sebelum memulakan bicara.

"Apa yang ana dapat tangkap pasal ceramah semalam, hati ini ukhti, kalau tak dididik, tak ditarbiyah, tak dipupuk, lama-lama hati kita ini akan kotor. Dan ruang untuk menjadi orang yang ingkar terbuka luas. Cuba enti semak kembali macam mana mutabaah (jadual muhasabah ibadah) enti sampai enti ada masalah hati dengan muslimin ni. Ana kira, andai kita betul-betul menghayati dan menjaga mutabaah kita, insyaAllah, hati kita terpelihara. Betul tak ukhti?"

Insyirah mengangguk. Mengiakan. Seketika cuba bermuhasabah kembali mutabaahnya yang tak terjaga akhir-akhir ini disebabkan terlalu banyak mesyuarat untuk program islamik yang dikendalikannya. Mungkin inilah sebabnya aku jadi begini.

"Enti cakap kat ana semalam, enti mula ada masalah hati dengan muslimin ini bila enti dilantik untuk uruskan program tu kan?"

Sekali lagi Insyirah mengangguk. Ya, dari situlah aku mula kenal dengan muslimin itu.

"Ukhti, enti kena ingat. Yang enti nak buat ni program islamik tau. Nak menyampaikan dakwah kepada masyarakat di luar sana. Andai enti sendiri sebagai pemimpin dah tersilap langkah, berdakwah dengan hati yang lagho, bagaimana dakwah enti nak berkesan?"

Senyuman masih tak lekang dari wajah bersih Aishah.

"Ukhti, ingat tak apa kak Mardiyah pernah cakap masa usrah kita? Dia kata, jangan ingat enti buat maksiat ni, tidak memberi apa-apa kesan dalam hidup kita. Dan ana sangat terkesan dengan ayat tu. Ana ingat sampai sekarang ni."

Insyirah diam tak terkata. Tertunduk dia seketika sambil memintal hujung telekung yang masih tak dibuka. Kini, tinggal dia dan Aishah sahaja di dalam surau tersebut. Jemaah yang lain sudah lama beransur pergi.

"Asas segala kelalaian dan nafsu syahwat adalah kerana kita redha dengan nafsu dan maksiat yang kita lakukan. Dan asas ketaatan kepada Allah adalah kesedaran untuk merubah diri kita. Ana tak nafikan ukhti, dalam kita bermujahadah tak nak melakukan maksiat, ramai antara kita tersungkur kembali. Itu memang fitrah ukhti sebab bila kita nak berubah, kita takkan boleh secara mendadak. Kena perlahan-lahan.."

Insyirah merenung kembali Aishah, cuba menghadam point-point yang dilontarkan.

"Dan itulah yang enti perlu lakukan sekarang ni. Bangkit semula ukhti. Ingat, enti adalah dai'e! Jangan mengalah pada syaitan yang takkan mahu kita bangkit kembali apabila kita dah tersungkur! Cuba ya ukhti. Jangan risau. Ana akan sentiasa bagi sokongan kat enti. Bila hadiri meeting nanti, cuba tajdid (perbaharui) niat dan kawal pandangan."

"Tapi kan ukhti, ana perasan, bila ada meeting je ana akan rasa excited. Entah la mungkin sebab dapat jumpa dengan dia tu? Tapi dalam masa yang sama, ana cuba jaga pandangan. Ana tak tahulah ukhti. Kadang-kadang terserempak dengan dia pun ana dah jadi tak betul," Insyirah akhirnya bersuara.

"Astaghfirullahal'azim Syirah..jangan macam tu. Rosak hati enti nanti bila enti berterusan begini. Ingatlah ukhti, sifat soleh muslimin tu, Allah yang ciptakan. Maka cintailah Dia yang menciptakan sifat soleh itu sendiri. Ana faham masalah enti ni. Bukan menimpa enti sorang sahaja. Bahkan, menimpa juga para dai'e di luar sana yang gagal menjaga hati dalam melakukan dakwah."

"Jangan putus asa, Insyirah. Allah Maha Bijaksana. Kita sama-sama muhasabah kembali. Cinta Allah itu sendiri kita masih merangkak-rangkak untuk mencari apatah lagi mahu mencari cinta manusia pula. Kita ni sebagai hamba-Nya akan sentiasa diuji. Dan ujian setiap orang itu berlainan."

"Ada yang diuji pelajarannya, ada yang diuji kekurangan kasih sayang daripada ibu bapa, ada yang diuji kemiskinan, penyakit yang tak dapat diubati..tapi bagi enti, Allah sediakan ujian sebegini," Aishah mengulas panjang.

Alhamdulillah,kata-katanya itu semua ilham daripada Allah SWT untuk disampaikan kepada sahabat di depannya ini. Sayangnya dia pada Insyirah hanya Allah yang Mengetahui. Mungkinkah itu yang dinamakan ukhuwah fillah (persaudaraan kerana Allah SWT)?

"Tapi ana tengok kawan-kawan yang lain tu ok je. Tak rasa apa-apa pun bila berdepan dengan muslimin?" Insyirah mencelah.

Aishah menarik nafas sedalam mungkin. Namun, senyum masih menghiasi raut wajahnya.

"Mungkin ada antara mereka yang sudah ada benteng mereka sendiri. Come on ukhti. Evaluasi diri. Jaga mutabaah, sibukkan dengan benda-benda baik, insyaAllah akan buat enti tak fikir-fikirkan masalah ni ok," tangan Aishah merangkul bahu Insyirah.

Insyirah tersenyum kelat. Tanpa berkata apa-apa.

Beliau bersyukur kepada Allah SWT kerana walaupun dia sering lalai, tak kuat mengharungi jalan perjuangan ini, tetapi masih ada sahabat yang saling mengingatinya. Sudah pasti ia adalah satu anugerah dari Allah SWT.

Sungguh, Allah itu ada di sisi hamba-Nya.

Sifat pengampun-Nya mendahului kemurkaan-Nya.

"Dah la tu. Jom pergi makan tengahari. Nanti sakit perut pulak. Pagi tadi makan biskut je kan," kata-kata Aishah mematikan lamunan Insyirah.

Dalam sepi dingin malam, Insyirah muhasabah diri. Usai membersihkan badan tadi, dia mengerjakan solat sunat. Berdoa dan bersujud kerana dirinya terasa jauh daripada kemanisan ibadah.

Dia akui, belakangan ini, dia sudah hilang kemanisan dalam solatnya, zikirnya dan tadabbur Al-Qurannya.

Terasa diri hina kerana sibuk menagih cinta manusia yang ternyata bersifat fana. Dan kini, di sepertiga malam ini, dia menyembah dan bersujud pada Dia yang memiliki segala cinta.

Dia rindukan saat dan rasa nikmatnya ibadah itu. Sungguh, dia ini hakikatnya hamba Allah yang tak punya apa-apa.

Dia tahu benar, andai hambaNya kembali dengan selangkah langkahan taubat, pastinya Dia mengampunkan dosa hambaNya. Namun, disebabkan nafsu, hatinya menafikan kemurahan sifat Tuhan sang pencipta.

Syira, syira..tidakkah kau nampak semua itu?

Mata terasa panas.

Insyirah bersyukur kerana Allah masih memaut hatinya ke arah kebenaran. Apa pun takdir yang menimpa dirinya adalah atas kehendak Allah swt. Maka, sebagai hamba yang fakir, dia wajib redha dan ikhlas.

Insyirah menoleh ke arah Aishah yang masih lena. Dia memandang wanita itu dengan segumpal perasaan sayang yang mendasari jiwanya kala ini. Sebagai manusia biasa, jauh di lubuk hati, terdetik satu cetusan rasa kagum dengan peribadi Aishah yang begitu menjaga cinta yang belum layak lagi diserahkan kepada mereka yang tidak halal.

Apatah lagi mereka berdua masih lagi bergelar mahasiswi. Cita-cita perlu didahulukan daripada cinta itu sendiri.

Kejarlah cita-cita sebelum mengejar cinta. Kejarlah cinta Allah yang kekal abadi.

Pandangan mata Insyirah masih tertumpah pada Aishah. Roomatenya itu selalu mendoakan dan membantu dirinya menghadapi pertarungan ini. Juga mebimbing dia ke jalan kebenaran yang diredhai Allah.

Bibir diketap. Hatinya sayu mengenangkan dosa-dosa. Akhirnya, titisan jernih mengalir jua di pipi wanita itu. Lama sudah dia membelakangi Allah.

Ya Allah, ampunkanlah aku yang hina ini. Tak tertahan rasanya ya Allah dugaanMu ini. Ku pohon ya Rahman, jadikanlah cintaMu itu lebih aku hargai daripada dunia dan seisinya. Ya Jabbar, sesungguhnya aku memohon cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu serta cinta yang dapat mendekatkan aku kepada cintaMu.

Ya Rahim, apa saja yang Engkau anugerahkan kepadaku daripada apa yang aku cintai, maka jadikanlah ia kekuatan untukku mencintai apa yang Engkau cintai. Dan apa saja yang Engkau singkirkan daripada apa yang aku cintai, maka, jadikanlah ia keredaan untukku dalam mencintai apa yang Engkau cintai.

Jadikanlah cintaku kepadaMu lebih aku utamakan daripada cintaku kepada keluargaku, diriku sendiri dan dunia seisinya. Hidupkanlah aku dengan cintaMu dan jadikanlah aku bagiMu seperti apa yang Engkau cintai.

Ya Allah, jadikanlah aku mencintaiMu dengan segenap cintaku dan seluruh usahaku demi keredhaanMu. Aku memohon perlindunganMu daripada cinta yang sia-sia. Aku hambaMu yang lemah ya Rabb. Tak mampu menolak ujian hati sebegini andai tiada bimbingan dan kekuatan daripadaMu.

Ucapan taubat itu benar-benar ikhlas dilafazkan. Rintihan taubat menjadikan seseorang hamba dapat mengecapi hidup dengan penuh rasa yakin serta bebas daripada perasaan putus asa. Dosa adalah penyakit dan istighfarlah syifa'nya. Bagi mengelakkan hati menjadi lalai maka dengan istighfar, insyaAllah, berupaya menjadikan seseorang hamba semakin menebal takwa dan imannya. Itulah yang cuba dilakukan Insyirah.

******

Dua tahun sudah berlalu. Masa berjalan begitu pantas. Udara sejuk bumi Scotland mengelus lembut pipi Insyirah. Terasa baru semalam kaki memijak bumi orang putih ini. Rasa baru semalam berpisah dengan umi, abah, opah, kak long, adik-adik dan semestinya Aishah.

Terbangnya dia ke bumi Scotland ini untuk menyambung masternya di University of Edinburgh, Scotland dalam bidang microbiologi.

Dia membuka tingkap apartment. Sekarang ini musim sejuk dan salji turun dengan lebat. Tergelak dia tatkala mengingatkan dirinya yang sangat teruja melihat salji pertama kali di depan mata.

Terasa sejuk, dia mengenggam tangan. Asap nipis keluar daripada mulutnya. Pandangan mata tumpah pada sesuatu di jemari kanan. Bibir mengukir senyuman manis. Cincin belah rotan tersarung kemas di jemari halus wanita itu.

Ya, dia tidak keseorangan di bumi Scotland ini. Ada suami yang menemani. Seorang lelaki yang halal untuk dicintai. Benarlah, sekiranya cinta sebelum nikah itu betul-betul dipelihara, kemanisannnya akan sangat dirasai setelah bernikah. Ada hikmahnya mengapa dia diuji dengan ujian hati dahulu. Dia selepas itu lebih berhati-hati agar cintanya tidak dilempiaskan pada yang sia-sia.

Duhai diriku, ingatlah Allah di mana-mana saja, nescaya Allah tidak sekali-kali melupakanmu. Sujudlah pada Allah, berlindunglah dari segala kejahatan yang nyata mahupun tersembunyi, dari kejahatan seluruh makhluk dan paling penting, berlindunglah pada Allah daripada kejahatan diri sendri. Memang perit bermujahadah itu tapi yakinlah, perjalanan yang sukar pasti ada hikmahnya. Bersabarlah...

Biarkan Allah yang mengatur segala...
Semuanya akan baik-baik saja...
Semua Akan Indah Pada Waktunya...

Glosari

ana - saya

enti - awak

ukhti - kakak

redha - pasrah

mutabaah - pengawasan

dakwah - seruan

lagho - lalai

da'ie - penyampai/pendakwah

tajdid - perbaharui

Siapa Yang Cantik?

Siapa Yang Cantik?

alt

Siapa yang cantik? Awak cantik? Saya? Atau dia?

Kalau di Bollywood mungkin kata mereka, Aishwarya Rai yang tercantik, atau di Hollywood, Paris Hilton adalah cantik pada pandangan mereka dan mungkin juga di Malaysia, Fasha Sandha yang tercantik.
Siapa agaknya yang dapat memberi definisi dan ciri-ciri tepat tentang apa yang dikatakan sebagai 'cantik'?
Cantik adalah sesuatu yang sangat subjektif. Setiap orang mempunyai definisi kecantikan masing-masing.
Mungkin bagi saya, cantik adalah begitu dan begini, tapi bagi anda, lain pula.
Tiada siapa dapat memberi definisi tepat tentang cantik.

Mata lah yang akan mendefinisi cantik. Namun kini, pada pendapat saya, barat sudah pun mempengaruhi definisi cantik pada dunia dan hampir seluruh dunia memakai definisi cantik barat.
Kadang kala, cantik juga didefinisi mengikut tempat, kaum dan budaya.
Kalau di barat sekarang, the thinner the better, tapi berbeza pula di Mauritania, Africa, the bigger the better.
Orang di barat berperang dengan aneroksia dan bulimia akibat mahu kurus, sebaliknya di Mauritania, wanita mengamalkan 'makan paksa' sejak berumur 5-6 tahun untuk gemuk, agar menjadi cantik dan mudah mendapat jodoh.
Sungguh berbeza kan? Definisi kecantikan yang sungguh berbeza.
Ataupun, ada juga yang sanggup melakukan pelbagai cara yang pada pandangan kita pelik dan tidak masuk akal tetapi pada mereka, itulah cantik!
Satu kaum di Thailand menganggap leher panjang itu cantik, lantas sejak dari umur 5 tahun lagi, mereka sudah dipakaikan gelang logam di leher agar leher mereka akan menjadi semakin panjang dan panjang dan panjang justeru mereka cantik dan mudah mendapat jodoh.
Di Sarawak pula, suku kaum Oran Ulu menganggap telinga panjang itu sangat cantik pada mata mereka, lagi panjang, lagi cantiklah seseorang wanita itu pada pandangan mereka.
Tapi kini, generasi muda sudah tidak lagi mengamalkan amalan ini. (Mungkin sudah terikut-ikut definisi cantik barat..hmmm)

Perlukah jadi cantik?

Di Mexico, kaum wanita menghabiskan separuh dari gaji mereka untuk kecantikan seperti ke salun, malahan ada juga pakej bayar secara ansuran untuk pembedahan plastik.
Atau di Iran, pembedahan hidung sangat popular di sana.
Wanita Iran sanggup berkorban wang ringgit demi mendapatkan hidung yang diidam-idamkan lantaran kata mereka, hidung mereka besar.
Tetapi saya tertanya-tanya juga, bukankah mereka Islam dan Islam melarang pembedahan plastik untuk tujuan kecantikan? Wallahualam.
Bayangkan betapa wanita-wanita ini mahu kelihatan cantik.
Betapa pentingnya menjadi cantik pada seorang wanita itu.

Macam-macam sanggup dikorbankan, wang ringgit, masa, kesakitan yang perlu ditanggung demi cantik,
  bahkan, hukum agama pun sanggup dilanggar demi cantik.
Tidak kisahlah perbuatan mereka dilarang agama, janji mereka kelihatan cantik. Plastic surgery, Botox, liposuction, gastric bypass sekarang bermain di sekitar hidup wanita demi cantik.
Walaupun mereka sedar akan kesan sampingan perbuatan ini, semua itu ditolak tepi, demi CANTIK.

Innallah jamil, wa yuhibbu jamal: Allah itu cantik dan sukakan kecantikan.

Kata mereka, apabila diri terasa cantik, barulah mereka ada keyakinan diri.
Saya juga bersetuju dengan ini, tetapi bukanlah sampai sanggup berkorban segalanya demi cantik.


Allah suka akan kecantikan, tetapi bukan lah sehingga mengubah ciptaanNya. 

Tambahan lagi, mereka yang ekstrem mahu kelihatan cantik ini, bukanlah mahu kelihatan cantik di mata Allah, tapi di mata manusia. Semuanya dilakukan agar kelihatan cantik pada manusia dan agar mendapat tempat di hati manusia.
Dulu sewaktu kecil, saya juga suka kelihatan cantik.

Kalau baju pink, maka seluruh badan perlu pink termasuklah sepit dan pengikat rambut. Tapi kini, saya bukan perempuan yang obses cantik, kerana pada saya, cantik bukan sekadar di wajah, tapi cantik itu dari akhlak dan keimanannya kepada Pencipta.  

Cantik akan pudar walau cuba dipertahankan, tapi akhlak itu hiasan yang kekal pada diri seorang wanita.

Wanita yang cantik akhlaknya, maka cantiklah luarannya.
Tiada guna mempunyai wajah seindah bidadari kerana satu hari nanti, kita cuma akan menjadi tengkorak yang menakutkan.

Bukanlah tidak perlu menjadi cantik dan perlu mejadi buruk sedangkan Allah menyukai kecantikan, tetapi, biarlah cantik itu kerana Allah, dan definisi cantik itu juga perlu sesuai dengan Islam.
Janganlah sanggup melanggar larangan agama demi kelihatan cantik.

Perbaikilah akhlak diri sekaligus, anda akan kelihatan cantik pada pandangan Allah dan pandangan manusia.
Bersyukurlah dan berpuas hati lah dengan kurniaan Allah kepada kita, dan gunakan ia sebaik-baiknya hanya keranaNya.

Tiada yang lebih indah pada ibu bapa selain anak-anak yang soleh solehah, tiada yang lebih bahagia pada seorang suami selain seorang isteri yang solehah dan tiada yang lebih bernilai pada Allah selain hambaNya yang soleh solehah.

Carilah Jalan Kembali

Carilah Jalan Kembali


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan carilah yang boleh menyampaikan kepadaNya (dengan mematuhi perintahNya dan meninggalkan laranganNya); dan berjuanglah pada jalan Allah (untuk menegakkan Islam) supaya kamu beroleh kejayaan." - Al-Maidah: Ayat 35

Jasad kita berasal daripada tanah. Ia harus kembali kepada asal kejadiannya untuk mencapai kepuasan.
Disebabkan itulah kita makan apa yang tumbuh daripada tanah, juga binatang-binatang yang memakan hasil tanah.
Tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan semuanya tumbuh daripada tanah.
Apabila jasad memperoleh sumber makanan daripada permukaan bumi, maka ia akan kenyang, tenang dan bertenaga.
Ruh kita datang daripada Allah, ditiupkan ke dalam jasad.
Maka ruh takkan mencapai ketenangan selagi ia belum kembali kepada Tuhan.
Untuk mencapai kepuasan ruh/jiwa/hati, tidak ada jalan lain melainkan kembali kepada penciptanya. Maka carilah jalan kembali.
Bukan kembali dengan kematian jasad, tetapi kembali dengan menghidupkan hati. Ya, jiwa yang kering kontang menggambarkan jauhnya kita daripada Tuhan.
Jiwa yang tak terisi dengan ruh Iman dan Taqwa akan diisi dengan keduniaan.  

Hakikatnya dunia itu takkan habis dikejar.

Makin kita punya harta, makin jiwa kacau tak senang duduk. Terikat dengan material.
Makin kita punya pangkat, makin tinggi yang ingin kita kejar dan capai.
Makin kita punya apa sahaja yang kita inginkan, makin kita inginkan sesuatu yang lebih lagi untuk kepuasan.
Hakikatnya jiwa kita menderita, tak puas dan tak mencapai ketenangan, ketenteraman.
Bukan ertinya kita harus terkurung meninggalkan dunia luar, itu adalah satu fahaman yang salah.
Sebaliknya, gunakanlah apa sahaja yang ada atas dunia ini demi mencari jalan kembali kepada Allah.
Biar jasadmu keluar mencari anugerah Allah di atas muka bumi, tapi jangan sekali-kali membiarkan hatimu melayang hilang terputus daripada pergantungan kepada Ilahi.

Jangan sekali-kali memisahkan dunia daripada Tuhan, dan meminggirkan Tuhan dalam segenap kehidupan.
Padahal Allah tak memerlukan kita, kita yang memerlukan-Nya.

"Dan kembalilah kamu kepada Tuhan kamu dengan bertaubat, serta berserah bulat-bulat kepada-Nya, sebelum kamu didatangi azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan."
- Az-Zumar: 54

Allah telah menyeru dan akan sentiasa menjawab panggilan kita saat kita mencari-Nya.
Cuma kita yang belum benar-benar tekad untuk kembali kepada-Nya.
Atau mungkin kita sering berusaha kembali, namun dunia tetap memesongkan kita dan lebih menarik hati kita.
Maka kita tak jadi kembali.

Kita berputus asa dan tak mahu lagi mencuba untuk kembali, padahal Allah tak pernah jemu menunggu kita menyeru melainkan kita sendiri yang jemu untuk meminta dan meniti jalan menuju-Nya.
Ingat, jangan berputus asa daripada Rahmat Allah:

"Katakanlah (wahai Muhammad): "Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri (dengan perbuatan-perbuatan maksiat), janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, kerana sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa; sesungguhnya Dia lah jua Yang Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." - Az-Zumar: Ayat 53

Wahai jiwa yang sentiasa menyesali diri, di ceruk manapun kau berada,  

apakah kau merasa bebas daripada pengawasan Allah?

Dalam keadaan manapun kau berada, adakah kau merasakan Allah tidak mengetahui isi hatimu? Sombongnya engkau tatkala kau pergi memalingkan wajahmu daripada Ilahi.
Sedangkan Dia tak pernah menutup pintu taubat bagimu.
Maka wahai manusia, kembalilah kepada Tuhanmu. Jika kau tak temui jalan, carilah...  
Kau tidak bertemu kerana kau tidak mencari.

Mencuba Pakaian Syurga

Mencuba Pakaian Syurga

 
alt
Sewaktu saya bersiar-siar di KLCC, Mid Valley, Times Square dan seribu satu pasaraya lagi, hampir setiap kali saya akan berjumpa dengan remaja Melayu yang tidak ada langsung ciri-ciri kemelayuan.
Sekali pandang persis Minah dan Mat Salleh. Rambutnya berwarna-warni, didandan pula dengan mekap beserta aksesori, ditambah pula dengan skirt singkat, memang serupa dengan orang kulit putih, cuma kulit mereka sahaja masih Melayu.
Kenapa ya? Kalau adapun remaja Melayu, jiwa dan pakaian mereka membuatkan seolah-olah saya sedang membeli belah di pasaraya ternama di New York atau Hong Kong. Hebat bukan?
Saya akui, fesyen mampu mencipta satu suasana yang berbeza. Cuba bayangkan sebentar, kamu sekarang di Mid Valley dengan berjubah, dan hampir semua manusia di sekelilingmu berpakaian jeans ketat dan berskirt singkat, bukankah kamu akan gusar?
Mana tidaknya, apa yang kita fikirkan ialah apa yang orang lain fikirkan terhadap kita. Betul?

"Eh, Minah ni, pakai jubah pula."

Dalam zaman yang serba canggih, hatta pakaian sekalipun mahu dicanggihkan (bukan jenama canggih). Saya juga hairan, entah dari mana pereka-pereka fesyen ini mendapat ilham.
Mereka mencipta pakaian dalam pelbagai versi, dedah belakang, tutup depan, dedah atas dan tutup bawah. Semua kelihatan hebat di mata kita kerana ia adalah sesuatu yang lain dalam norma masyarakat kita. Bukankah anda suka kalau anda menjadi perhatian?

Kita dan Fesyen

Teringat sewaktu saya dan dua orang teman lama bertemu, kami menghabiskan masa dengan membeli belah. Saya dan Si A mahu membeli pakaian. Al-kisah, singgahlah kami di sebuah kedai pakaian di East Cost Mall, dan ketika membeli kemeja, saya memilih kemeja yang agak labuh manakala teman saya, si A memilih kemeja biasa. Lalu saya ditegur begini :

"Eh, Enti, kenapa labuh sangat?".

Saya tergamam. Kelu lidah seketika. Walhal sebenarnya akal saya mencari-cari idea untuk membalas soalannya yang bagi saya tidak perlu dijawab.
"Erm, memang saya suka jenis yang macam ini."

Sikap Umat Kita

Di zaman fesyen bohsia bohjan dijaja, akhlak lumat entah kemana, saya merasakan sesuatu telah hilang dalam diri kita. Sesuatu yang hilang itu yang pernah berlaku pada umat terdahulu; yang menyebabkan kita kehilangan zaman-zaman indah kegemilangan Tamadun Islam.

Apa yang Hilang?

Izzatul islam. Perasaan bangga dengan Islam. Saya percaya umat kita sudah hilang perasaan bangga sebagai seorang Muslim. Mana tidaknya, kita sendiri yang merasa malu apabila berpakaian mengikut syariat, apabila tidak berhias, berdandan dan tidak mengikut trend fesyen.
Seolah-olah Muslim yang mengikut syariat tergolong dalam golongan yang terasing jika berpakaian menutup aurat kerana kebanyakan manusia berfesyen dengan fesyen dedah-dedah.
Ada satu lagi cerita. Harap siapa yang sudi membaca tidak jemu.
Saya berasal dari sebuah sekolah biasa, maka adab dan sosial pelajar-pelajar juga biasa-biasa sahaja. Apabila saya dan kawan bertudung jenis kain akel, saya dan teman baik dipanggil ustazah. Tinggi sungguh penghargaan yang diberi pada kami.

Suatu hari, kawan saya memakai tudung labuh. Usai solat Isyak di surau sekolah, dia keluar. Merah padam mukanya apabila memasuki kelas gara-gara semua mata memerhatinya dari surau sehingga ke kelas. Terpaksalah dia menyorok seketika di dalam tandas.
Saya tahu, barangkali kamu terlupa sekali-sekala untuk memakai lengan panjang, terlupa untuk menutup rambutmu yang ikal mayang, terlupa untuk memakai seluar di bawah paras lutut dan seribu satu lagi kelupaanmu.

Tapi kamu jangan lupa, malaikat yang mencatat amalanmu di kiri dan kanan tidak pernah lupa untuk menulis amalanmu. Dan yang paling kamu tak boleh lupa, Pencipta kita sentiasa memerhatikan kita. Maha Suci Allah dari sifat hamba-Nya yang pelupa. Kalau hari-hari lupa, sampai bila kesudahannya?
Barangkali juga kamu tahu menutup aurat penuh itu wajib. Cuma kamu masih belum kuat untuk berubah. Kamu tahu, memakai tudung perlu menutup dada, memakai baju jangan yang ketat-ketat dan nipis, apabila berhias biarlah berpada-pada.
Tetapi kamu jangan lupa, kekuatan itu datangnya dari iman. Dan iman itu datangnya dengan keyakinanmu pada janji Tuhan. Apa kamu sudah lupa mengapa Allah memberi arahan sedemikian?

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya." (An-Nur :31).

Maka saya membuat kesimpulan peribadi. Kebanyakan kita berpakai mengikut undang-undang budaya bukan syariat lagi. Kalau tidak, mana lahirnya golongan pakai jubah tapi tak bertudung, apabila bertudung pula, baju hampir-hampir tanpa lengan, kain pula terbelah depan belakang?
Kalau lelaki pula, seluar ketat-ketat, seluar singkat-singkat. Mungkin begini, lahir-lahir ibu bapa pakai begitu, maka anak-anak juga mengikut apa yang dipakai ibu bapa. Kita pakai ikut budaya tanpa tahu dalilnya?

Prejudis Terhadap Umat Sendiri

Seringkali bila memikirkan masalah umat, saya hairan, mengapa umat Islam lewat zaman ini bersikap prejudis terhadap saudara sendiri? Mengapa apabila ada yang cuba-cuba "berhijrah" ke arah yang lebih baik, akan ada nada-nada sumbang di belakang yang memandang serong?
Bukannya mahu diambil yang jernih dibuang yang keruh. Apatah lagi memberi sokongan, tapi ia dipulaukan pula semata-mata kerana mentaati perintah Allah. Masya-Allah saudaraku, cepat-cepatlah hisab diri!

Sabda Nabi Junjungan

Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasululah saw. ,"Islam mula tersebar dalam keadaan dagang (asing). Dan ia akan kembali asing pula. Maka beruntunglah orang orang yang asing." -H.R. Muslim
Lihatlah saudaraku, Islam kembali asing di akhir zaman ini dan dirasa ganjil dari pandangan dunia, bahkan pada pandangan orang Islam sendiri. Kita sendiri yang merasa ganjil dan pelik tatkala melihat orang Islam yang iltizam dengan Islam dan cuba mengamalkan tuntutan Islam yang sebenar.
Seorang yang iltizam dengan Islam dipandang sepi oleh masyarakat dan terlalu susah untuk diterima sebagai individu yang normal di kalangan mereka.
Dan begitulah seterusnya nasib lslam di akhir zaman. Ia akan terasing dan tersisih dari masyarakat, bahkan tersisih dari pandangan orang Islam sendiri yang mengaku sebagai umat Islam dan marah apabila dikatakan yang dia bukan orang Islam.
Daripada Anas r.a. bekata, Rasulullah saw. bersabda, "Akan datang kepada umat ku suatu zaman di mana orang yang berpegang kepada agamanya laksana menggenggam bara api." H.R. Tirmizi
Di zaman yang sangat mencabar ini, sesiapa yang hendak mengamalkan ajaran Islam terpaksa menghadapi kesusahan dan tentangan yang sangat hebat. Kalau tidak bersungguh-sungguh, nescaya Islam terlepas dari genggamannya.
Kerana apa? Kerana umat Islam sendiri tidak membantu untuk dia menunaikan kewajiban agamanya, bahkan apa yang ada disekelilingnya mendorong untuk membuat kemaksiatan dan perkara-perkara yang dapat meruntuhkan aqidah dan keimanan atau paling kurang menyebabkan kefasiqan. Jadi kesimpulannya, orang Islam tersepit dalam melaksanakan tuntutan agamanya di samping tidak mendapat kemudahan.

Lecehnya Islam

Ada yang mempersoalkan, kenapalah perempuan diperintahkan menutup aurat hampir keseluruh tubuh kecuali muka dan tapak tangan? Kenapa lelaki tidak?
Jawapannya pada saya mudah. Kerana yang Allah perintahkan untuk kita tutup itu adalah yang indah-indah belaka. Tanpa perlu lagi dikiaskan dengan analogi palsu yang sudah dihadam oleh kita (analogi permata dalam bungkusan), kita pasti faham. Buktikan pada saya, dimana perempuan tidak cantik?
Tiada.
Tapi lelaki, diberatkan pula dengan amanah dan tanggungjawab. Menjadi lelaki bagi saya umpama bakal memikul sebeban gunung. Mana tidaknya, kalau sudah berkahwin, keluarga sendiri perlu dijaga, ibu dan ayah perlu diutama, anak isteri juga dipikul dosa, nafkah pula perlu diusaha, bukankah itu amanah besar dari Tuhan?
Saya menulis ikhlas dari hati. Untuk kakak, adik, ibu, ayah, abang, kawan, teman, dan Muslim semuanya. Semua ini tanda kasih dan sayang bersama. Kerana saya tahu, syurga dicipta untuk semua hambanya. Maka,saya mahu masuk bersama kalian. Sungguh, syurga itu mahal nilainya, dan jalan menujunya tidak semudah yang kita sangka. Maka, berubahlah dari sekarang.
Yang lebih menakutkan apabila direnungi hadis Nabi di bawah

Daripada Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda : "Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni Neraka yang belum lagi aku melihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cemeti-cemeti bagaikan ekor lembu yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang, berlenggang lenggok waktu berjalan, menghayun-hayunkan bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan bonggol (goh) unta yang senget. Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga itu sudah tercium dari perjalanan yang sangat jauh daripadanya".


Marilah kita sama-sama berubah menuju ke jalan-Nya.

Bila Lelaki Kehilangan Tulang Rusuknya

Bila Lelaki Kehilangan Tulang Rusuknya 

WANITA: Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?

LELAKI: Kamu!!!

WANITA: Menurut kamu, saya ini siapa?

LELAKI: (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) Kamu, tulang rusukku.
Kerana Allah melihat bahawa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya...
Setelah berkahwin, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan.
Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak "Kamu tidak cintakan saya lagi!!!".

LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan WANITA dan secara spontan juga berteriak "Saya menyesali perkahwinan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!"
Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat.
LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia lafazkan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diceduk kembali. Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. "Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing".
Lima tahun berlalu. LELAKI masih belum lagi berkahwin, tetapi berusaha mencari khabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah berkahwin dengan seorang asing dan bercerai.

LELAKI agak kecewa bila mengetahui WANITA tidak menunggu, sepertinya.
Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit di
hatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahawa dia merindukan WANITA.
Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.
LELAKI: Apa khabar?

WANITA: Baik... Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?
LELAKI: Belum.

WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telefon saya kalau kamu berkesempatan. Kamu tahu nombor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah.
WANITA tersenyum manis, berlalu di hujung lafaz "Selamat tinggal.."

Satu minggu kemudian, LELAKI menerima khabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sedar bahwa sakit itu adalah kerana WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
Kita menempiaskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang dikemudiannya, akibatnya setelah kita menyedari kesalahan kita, semua sudah terlambat...

Kerana itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati... Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu, apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dilafazkan. Kerana semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai.


Jadi berfikirlah, apakah kata-kata yang akan dilafazkan sebanding dengan akibat yang akan diterima??

Teguran Itu Penting Dalam Kehidupan

Teguran Itu Penting Dalam Kehidupan

   alt

                 "Orang yang dapat menegur orang lain adalah orang yang sedia menerima teguran orang lain."
Ayat diatas adalah antara kata-kata cerdik pandai mengenai orang yang menegur dan ditegur. Teguran boleh berlaku di mana-mana, berlaku di dalam pemerintahan kerajaan, di dalam syarikat-syarikat, di dalam persatuan-persatuan, di sekolah.
Dalam rumahtangga juga berlaku, bapa menegur anak, isteri ditegur suami, dan lain-lain. Makna katanya teguran itu berlaku di mana-mana sahaja.
Membina dan Meroboh
Teguran boleh dibahagi kepada dua secara asasnya, teguran yang membina dan yang statik dan jumud. Manusia keseluruhannya mengharapkan teguran yang membina bukan yang statik. Tetapi tidak kurang juga yang tidak lansgsung suka ditegur.
Sifat manusia yang diketahui ialah, hanya bersedia ditegur apabila dia yang memerlukan teguran tersebut. Contohnya, Si A pergi ke Si B dan ingin meminta  teguran atau nasihat, ketika itu apa sahaja yang dikatakan oleh Si B akan di dengari dengan berlapang dada.
Lain pula sekiranya seseorang yang tidak memerlukan teguran, tiba-tiba ditegur. Hanya setengah orang yang berjiwa besar sahaja yang boleh menerima teguran spontan tersebut, Manakala yang berjiwa kecil, akan terasa dan terus terseksa hati.
Orang yang Menegur
Manusia memang tidak pernah lari daripada melakukan kesalahan, yang berbeza hanya banyak dan sedikit. Tetapi biarlah orang yang cuba menegur tersebut adalah orang yang minimum kesalahannya.
Jangan jadi seperti ketam yang mengajar anaknya berjalan lurus. Sesuatu yang agak pelik apabila penagih dadah tegar mengajar atau menegur orang lain pergi ke masjid, walhal mereka sendiri masih terkontang kanting ditepi longkang dalam kotak.
Sebab itu kalau kita suka menegur, kita mesti pastikan teguran itu di tuju ke arah kita terlebih dahulu, kemudian baru ke orang lain.
Orang yang Ditegur
Teguran itu kebiasaannya bersifat membina, kerana apa yang tidak kita sedar kadang-kadang orang lain sudah sedar terlebih dahulu, persepsi kita lain, persepsi orang, lain. Sebab itu apabila ditegur, jangan terlalu cepat melenting dan menolak teguran tersebut. Kalau begitu, anda adalah orang paling rugi, kerana anda berpeluang membina diri anda tetapi awal-awal lagi anda sudah merobohkannya.
Kata Hukama, "Orang biasa akan marah apabila dikritik oleh orang lain, manakala orang yang mulia ialah mereka yang memperbaiki diri daripada kritikan orang lain. Seharusnya begini lah resam kehidupan kita".
Manusia memerlukan 'cermin' bagi bagi meneliti diri. Orang disekeliling adalah cermin bagi kita. Cuba bayangkan anda bercukur misai tanpa bercermin. Bukankah susah?
Ingat..
Setiap orang yang menegur pasti sedia juga ditegur. Ramai yang tidak mampu lakukan ini. Hanya suka menegur tetapi tidak pula suka ditegur. Sebab itu penting apabila menegur isyaratkan terlebih dahulu, teguran itu adalah terlebih dahulu untuk diri sendiri.
Ingat! Apabila anda menuding jari terhadap kesilapan orang lain, sebenarnya 3 jari anda telah menuding kepada diri anda sendiri. Itu adatnya.

Tuesday, 21 June 2011

Tiga Pendekatan Untuk Berubah

Tiga Pendekatan Untuk Berubah

Kajian saintis baru-baru ini telah mendapati bahawa pengembangan ini bukan sahaja masih terjadi, malah kelajuannya semakin meningkat.
Ia menafikan tanggapan awal bahawa kelajuan pengembangan alam semesta ini akan menjadi semakin perlahan.
Oleh kerana kita adalah sebahagian daripada alam ini, kita juga mengalami pengembangan.
Kejadian kita yang lahir sebagai bayi yang kecil dan kemudian membesar menjadi kanak-kanak, remaja dan dewasa adalah satu bentuk pengembangan atau tumbesaran.
Pada saat kita duduk diam membaca tulisan ini pun, kita sebenarnya sedang bergerak dan berubah.
Sel-sel di dalam tubuh tetap membiak dan berkembang.
Jika setitik darah kita diperhati melalui mikroskop, kita akan dapati sel-selnya bersimpang-siur dan berkitar laju.
Sebab itulah, jika kita tidak mahu berubah kerana berada di zon selesa, kita sebenarnya telah melanggari tabiat alam yang sentiasa berubah, mengembang dan bergerak.
Rugilah sesiapa yang tidak mahu memperbaiki diri sendiri, sama ada daripada segi mental, fizikal dan spiritual.
Berubah daripada yang tidak bagus kepada yang lebih bagus sebenarnya adalah fitrah manusia yang sentiasa inginkan kebaikan di dalam hidupnya.
Kita mahu hari ini lebih baik daripada semalam, dan hari esok lebih baik daripada hari ini.
Seandainya kita tidak mahu memperbaiki keadaan diri, kita akan menggelongsor, merudum dan terjelepuk di lopak kehidupan yang sama.
Bagaimana pun, berubah itu sendiri perlu caranya.
Kalau tidak kena gaya, maka perubahan yang dilakukan itu hanya sementara. Sama seperti resolusi tahun baru yang telah dilupakan belum pun sampai sebulan ia dinawaitukan.
Terdapat tiga pendekatan dalam melakukan perubahan. Perubahan jenis yang pertama adalah berbentuk evolusi dan yang kedua berbentuk reformasi, sementara yang ketiga dalam bentuk revolusi.

Evolusi
Memutar jam lebih awal 15 minit untuk bangun pagi agar tidak lewat sampai ke pejabat, makan sebelum jam 8.00 malam untuk menjaga kelangsingan tubuh atau menahan amarah ketika memegang stereng kereta umpamanya, adalah di antara perubahan-perubahan kecil yang merupakan evolusi diri.
Ia mudah dilaksanakan kerana kita boleh lakukannya hari ini, malah sekarang juga.
Bagaimana pun, kesannya hanya sedikit dan tidak ketara.
Malah, orang lain tidak akan nampak akan perubahan ini kerana ia juga tidak akan memberi kesan kepada orang di sekeliling. Ia seperti kaizen dalam istilah Jepun iaitu perubahan yang sedikit tetapi berterusan.

Reformasi
Perubahan dalam bentuk yang kedua pula lebih inovatif. Dan perubahan ini menemukan jawapan melalui pemikiran lateral.
Kita bukan sahaja mempercepatkan jam 15 minit lebih awal supaya bangun lebih cepat, tetapi turut tidur lebih awal.
Kita bukan sahaja makan sebelum jam 8.00 malam, tetapi mula bersenam.
Kita bukan sahaja menahan amarah ketika memandu, tetapi memasang lagu-lagu nasyid di dalam kereta untuk memperoleh lebih ketenangan.
Cara ini lebih reformatif kerana ia memerlukan pemikiran di luar kotak.
Kedua-dua perubahan secara evolusi dan reformatif ini boleh diaplikasikan jika kita mahukan perubahan kecil dan sederhana. Bagaimana pun, perubahan dalam bentuk yang ketiga ini adalah perubahan yang revolusioner.
Perubahan ini memerlukan satu pendekatan yang jauh berbeza.
Jika perubahan evolusi dan reformatif ini bersumberkan perubahan yang berdasarkan fakta, keadaan dan tabiat yang ada, perubahan jenis revolusi ini membuang terus apa yang ada dan membina yang baru sama sekali!
Dalam konsep pembelajaran, perubahan revolusioner ini menuntut seseorang itu untuk unlearn and relearn atau membuang apa yang selama ini dipelajari dan belajar semula ilmu yang telah dipelajari.

Hijrah
Inilah yang dinamakan hijrah! Pengajaran daripada hijrah Rasulullah s.a.w dari Makkah ke Madinah ialah, ia merupakan perpindahan fizikal dari satu tempat ke satu tempat yang lain.
Dari segi mental, ia meninggalkan satu kebiasaan untuk membina satu kebiasaan yang lain.
Dan daripada segi spiritual, ia memerlukan kekuatan rohani untuk menjayakan sesuatu perubahan itu.
Hijrah adalah perubahan total dengan meninggalkan suasana fizikal , pola pemikiran dan amalan spiritual yang menjadi anutan selama ini. Misalnya, daripada hidup bersama ibu bapa kepada berumahtangga sendiri, daripada makan gaji kepada bekerja sendiri dan daripada menjadi makmum kepada menjadi imam.
Hijrah, atau perubahan revolusioner itu memerdekakan fizikal, mental dan spiritual seseorang. Ia menyerlahkan kehebatan seseorang individu itu.
Malah, ia memberi erti kepada maksud kehidupan seseorang individu itu sendiri.
Seperti alam semesta yang tiada henti pengembangannya, perubahan diri seseorang itu tidak seharusnya ada noktah dalam garis kehidupannya.

Jangan Terpedaya Dengan Cinta


Jangan Terpedaya Dengan Cinta

Ramai yang berkata, "Cinta itu fitrah. Jadi, apa salahnya pada cinta?"

Ya. Tidak dapat dinafikan, cinta itu adalah fitrah. Fitrah, bererti sesuatu yang bersih. Fitrah bererti cinta itu sesuatu yang suci.
Namun, bagaimana sesuatu yang suci itu boleh menjadi fitnah (bencana)?
Cinta itu fitrah. Jadi, apakah pula yang cuba dimaksudkan dengan 'janganlah kalian tertipu dengan cinta'?
Bukankah fitrah itu suatu yang membawa kepada kebaikan?


Apabila fitrah menjadi fitnah
Tidak dapat kita nafikan, pada hari ini, betapa pengaruh media massa itu memberikan impak besar dalam pembentukan pemikiran masyarakat kita. Isu-isu yang diketengahkan di media massa, itulah yang akan menjadi pusat pemerhatian masyarakat.
Sekarang, apa pula kena-mengena media massa dengan cinta?
Ok, di sini saya berikan satu contoh.
Kita sedang menonton satu movie yang bertemakan cinta (yang berlambak di pasaran). Ok, apa yang difokuskan dalam cerita itu?
Mulanya, ditunjukkan bagaimana latar belakang kedua-dua watak utamanya; hero dan heroin. Berkenaan taraf kehidupan mereka, cara hidup mereka dan lain-lain. Kemudian, pengarah cerita memasukkan pula babak-babak seterusnya. Bagaimana mereka boleh terserempak, dan berkenalan. Kemudian, bagaimana perasaan 'cinta' itu tadi mula berputik. Dimulakan dengan minat, kemudian usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pasangan tadi (daripada sebelah pihak atau kedua-dua belah pihak), dan usaha-usaha untuk mempertahankan cinta itu tadi.
'Pause'. Ok, anda sudah mula nampak apa yang cuba saya bawakan?
Kita dapat melihat kelebihan yang ada pada apa-apa media massa. Mereka boleh mengawal fokus penonton (atau pembaca).
Seperti yang kita dapat dilihat tadi, bagaimana, pengarah cerita tadi dapat mengawal pemikiran penonton tadi untuk memberikan fokus terhadap 'perjuangan' cerita, yakni 'cinta'.
Kita teruskan. . .
"Alaa, sibuk je perempuan tu!" kata seorang penonton, seakan tidak berpuas hati akan kewujudan orang 'ketiga', yang dianggap seperti perosak kepada perjuangan tadi, perjuangan cinta.
Dalam movie itu tadi, kesungguhan hero dan heroin dalam mendapatkan atau mempertahankan cinta itu turut dipamerkan. Bagaimana halangan-halangan yang muncul dalam 'perjuangan' mereka itu tadi, cuba mereka atasi satu demi satu, dan pengorbanan-perngorbanan yang dilakukan, menyebabkan cinta yang cuba dipertahankan tampak sungguh agung.
"Aisey, kacau la parent diorang ini. Jangan ganggu boleh tak?" Mungkin, ini kata-kata penonton tatkala scene parents kepada hero/heroin pula cuba menghalang cinta mereka. Em, tidak mustahil juga, kata-kata tadi turut muncul dari diri kita, mungkin bukan pada mulut, tapi pada hati, tanpa kita sedari.
Di sini, kesan 'perjuangan' cinta tadi sudah tertanam dalam minda penonton. Tanpa mereka sedari, mereka juga telah menjadi 'penyokong' kepada perjuangan cinta tersebut. 'Perjuangan-perjuangan' yang dipamerkan, walaupun terpaksa menentang kedua ibu bapa, mengorbankan komitmen hidup mereka, hanya atas nama cinta, dipandang suci. Semua itu dianggap pengorbanan-pengorbanan yang harus dipuji, atas tulusnya cinta yang wujud di antara mereka.. hero dan heroin.
Betapa 'agung'nya cinta mereka itu tadi, sehingga ianya sudah pun diangkat menjadi matlamat. Apa-apa perkara lain yang menghalangnya, baik berat maupun ringan, harus dikorbankan.
Nampak?
Inilah yang dipanggil sebagai 'ghazwul fikr' atau serangan pemikiran. Musuh-musuh Islam menggunakan pendekatan halus itu tadi untuk menyerang kita umat Islam.
Minda bawah sedar kita secara tidak langsung, mula menerima apa yang cuba dibawakan melalui cerita itu tadi; cinta itu matlamat. Percaya tak?
Hebat kan kesan 'ghazwul fikr' melalui media massa hari ini?
Movie itu hanyalah satu contoh. Banyak lagi saluran-saluran lain yang dapat digunakan, contohnya drama, novel, komik, lagu, dan sebagainya.
Lalu, itulah yang kita dapat lihat pada masyarakat kita hari ini. Gejala-gejala sosial berleluasa dengan hebatnya atas nama cinta. Cinta dipandang sebagai 'perjuangan yang agung', itulah yang kemudiannya dihidupkan dalam masyarakat kita. Bahkan, para pendakwah juga tidak terlepas daripada terkena tempias yang ada.
Kita... mungkinkah pemikiran kita juga telah berjaya di'serang' dan di'tewas'kan tanpa kita sedari?
Bagaimana fitrah itu boleh dicemari
Kita sudah arif, bahawa cinta itu memang pada hakikatnya adalah fitrah.
Namun, mengapa fitrah itu boleh pula menjadi fitnah (bencana)?
Kenapa?
Ini berpunca apabila cinta itu dijadikan matlamat utama. Menjadikan cinta sebagai sole purpose kehidupan kita. Seperti yang dapat kita lihat dari kisah yang saya ceritakan tadi.
Ya. Kita ambil air zam zam dan air coca cola sebagai analogi. Bayangkan, apa yang akan terjadi apabila secawan air zam zam tadi dicampurkan pula dengan beberapa titis air coca cola.
Pasti warnanya berubah bukan. Apatah lagi, apabila sebanyak secawan lagi air coca cola tadi dimasukkan ke dalam air zam zam. Pasti, warnanya akan berubah dengan mendadak. Kesucian air zam zam pada mulanya tadi pun sudah tidak lagi kelihatan. Yang terlihat, hanya hitam dan kekerohan.
Jadi, begitu juga dengan cinta yang wujud pada masyarakat kita tadi.
Apabila manusia meletakkan cinta sebagai matlamat utama hidup mereka, secara tidak langsung, cinta itu tadi, telah mereka campurkan dengan perkara-perkara lain. Nafsu mereka, keburukan-keburukan, maksiat-maksiat, dan sebagainya yang tidak suci (fitrah), yang kemudiannya akan mencemarkan kesucian cinta itu tadi.
Akhirnya, cinta itu yang yang pada mulanya tadi bersih itu, kini kelihatan kotor - daripada fitrah, menjadi fitnah.
Babak-babak dalam kehidupan kita
Tadi, saya ceritakan babak-babak dalam movie. Kini, saya bawakan pula babak-babak dalam kehidupan kita. Kejadian-kejadian realiti.
Ada kes, yang mana, seorang muslimah sanggup murtad demi mempertahankan cinta.
Terdapat juga kes-kes, yang mana manusia itu, sanggup membunuh diri hanya disebabkan putus cinta.
Tidak kurang juga kejadian, di mana manusia sanggup menggadaikan maruah dan harga diri mereka, hanya atas harga cinta.
Malah, yang turut menyedihkan juga terdapat peristiwa di mana para pendakwah, gugur dalam perjuangan dakwah mereka disebabkan cinta mereka tadi tidak berbalas.
Rugi bukan?
Apa puncanya?
Inilah kesannya apabila cinta itu tadi, telah kita jadikan sebagai matlamat kita. Dan perkara-perkara yang menghalang cinta pula, mungkin telah kita lihat sebagai suatu ancaman yang harus disingkirkan.
Satu cara pandang yang sudah terbiasa.
Justeru, mari sama-sama kita kembali menjernihkan cara pandang masyarakat kita terhadap 'cinta'.
Penutup: Kembali meletakkan cinta di tempatnya.
*****
Allah mengkurniakan cinta kepada manusia. Pasti ia bukan sesuatu yang hanya sia-sia, bukan?
Oleh itu, ayuh kita murnikan kembali pandangan kita terhadap cinta.
Tidaklah Allah mengkurniakan cinta itu, melainkan agar ia memudahkan kita mencapai matlamat hidup kita.
Apa matlamat hidup kita?
"Dan tidak aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu."
 - [Surah Adz-Dzariyat, 51: 56]
Ya, Allah - itulah matlamat kita.
Bukan cinta.
Cinta hanyalah salah satu alat, untuk mencapai matlamat kita tadi. Dan ianya tidak lebih dari itu.
Persoalannya,
Pada hari ini, siapakah yang tinggal untuk kembali memurnikan cinta? Siapa yang akan memperjuangkan agama, meletakkan Allah sebagai matlamat utama?
Moga hati-hati kita, dalam diam menjawab, "saya".
Insha-Allah.

Apabila Terpaksa Memilih Antara Dua..

Apabila Terpaksa Memilih Antara Dua..

Pusing kiri tidak kena, pusing kanan pun tidak kena. Malam sudah hampir berlabuh, pagi sudah hampir memperlihatkan dirinya, namun kedinginan malam ini tidak sedikit pun mampu mendodoikan aku. 
Sudah puas ku cuba untuk melelapkan mata ini walaupun sekejap cuma, namun diriku masih  tidak mampu mengalihkan perhatian mindaku ini yang masih ligat memikirkan jalan penyelesaian yang terbaik untuk permasalahanku.
Kualunkan zikir-zikir hingga membasahi bibirku namun masih belum juga mampu untuk melenakanku. Ternyata begitu seksanya apabila nikmat Allah S.W.T itu telah ditarik. Aku menangis. Ya Allah, betapa sukarnya untuk membuat pilihan . Apa juga keputusan yang ku buat, pasti ada hati yang bakal terluka, walau hakikatnya aku lah yang pertama akan merasai luka itu.
'Aku buntu Ya Allah,"
Kubangkit dari tempatku berbaring lalu mencapai buku kecil yang pernah kubeli suatu ketika dahulu, namun tidak pernah kuteliti isi kandungannya. Ia bertajuk 'MISTERI SOLAT SUNAT ISTIKHARAH'. Setelah berwuduk, aku menunaikan solat sunat istikharah itu, buat pertama kali dalam jiwaku terasa gementar saat bibir melafazkan niat, menyatakan tujuan bertemu Allah di saat manusia lain sedang enak diselimuti gebar. Cemburunya aku! Air mata tidak tertanggung dek kelopak, lalu meluncur laju membasahi telekung. Betapa kerdilnya terasa, sehingga mahu membuat pilihan pun harus meminta bantuan Allah S.W.T.
Kurasakan itulah solatku yang paling khusyuk, yang pernah aku lakukan. Tidak pernah aku merasakan diri aku sedekat ini dengan Penciptaku. Air mata semakin laju saat aku kulantunkan doa solat istikharah. Ya Allah, aku mohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu, aku mohon petunjuk dengan kudratMu, dan aku mohon kurniaMu yang Maha Agung. Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa dan aku tidak berdaya, Engkau Yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib.
Aku berteleku di sejadah.
"Sesiapa yang terluka Ya Allah, Engkau ubatilah luka mereka. Aku tidak mampu, lalu aku berserah kepada-Mu Ya Allah,"
Aku lena dalam air mata. Nikmatnya hanya Allah sahaja yang mengetahui. Esoknya, aku dipertemukan dengan hamba Allah yang mampu menolongku membuat pilihan. Melalui perbincangan dengannya, aku semakin jelas dengan keputusan yang bakal aku lakukan. Syukur Ya Allah kerana bebananku semakin berkurangan.
Hidup ini dibentangkan dengan pelbagai pilihan. Mahu atau tidak, kita terpaksa memilih antara dua atau lebih jalan yang terbentang. Malah, hampir kesemua rutin dalam kehidupan kita memerlukan kita untuk menilai dan memilih. Setiap pagi kita perlu memilih samada hendak bangun untuk menunaikan solat subuh atau terus sahaja lena berulitkan mimpi indah. Selain itu kita juga turut terpaksa memilih jenis lauk pauk yang ingin kita masak, terutama sekiranya kita merupakan seorang isteri dan ibu. Pendek kata kita perlu memilih untuk semua perkara yang hendak kita lakukan. Namun, kadangkala akan datang kepada kita, saat yang begitu sukar untuk kita sebagai manusia membuat pilihan apabila ia  melibatkan banyak pihak lebih-lebih lagi mereka yang kita sayangi.
Kutitipkan nukilan ini dengan niat agar sesiapa yang sedang merasa tersepit, mahupun yang sedang buntu untuk memilih agar meluahkan kebuntuan tersebut kepada Allah S.W.T, salah satu caranya adalah dengan mengerjakan solat sunat istikharah. Sebagai seorang pelajar, apabila Allah S.W.T mengujiku dengan menarik semula nikmat tidurku, aku sudah terasa resah dan buntu. Apatah lagi anda di luar sana yang berjawatan tinggi dan mungkin merupakan orang-orang penting dalam sebuah organisasi, sudah pasti anda semua terpaksa membuat keputusan yang lebih besar daripadaku.Malah, kemungkinan besar keputusan itu bakal mengubah nasib hidup seseorang. Allah S.W.T pasti akan membantu kita dengan jalan-jalan yang tidak pernah terfikir oleh kita sekiranya kita rajin berdoa kepadaNYA. Hanya Dia Yang Maha Pengatur, dan Dialah Yang Mengetahui.

Alangkah Beruntungnya Menjadi Wanita

Alangkah Beruntungnya Menjadi Wanita


Darjat seorang wanita disisi Islam adalah sangat tinggi dan mulia. Wanita adalah golongan yang perlu dihormati, dijaga maruahnya, disayangi dan dikasihi . Seorang ibu yang telah berkorban seluruh jiwa dan raganya untuk melahirkan dan membesarkan anaknya adalah merupakan seorang wanita yang dipandang mulia oleh Allah S.W.T. Allah S..W.T akan mengurniakan pahala dan kebaikan yang berlipat kali ganda untuk para wanita yang sanggup berkorban di jalan Allah.
Berikut merupakan keistimewaan wanita menurut Islam yang telah disebutkan di dalam beberapa hadith sahih dan difirmankan oleh Allah S.W.T di dalam Al-Qur'an. Ini menunjukkan betapa Islam begitu menghormati dan menghargai para wanita yang solehah. Berbahagialah engkau wahai bidadari penghuni syurga !
1. Wanita yang solehah (baik) itu lebih mulia darjatnya daripada 70 orang lelaki yang soleh.
2. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, darjatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. Manusia yang takutkan Allah S.W.T pula akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
3. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya adalah sama seperti bersedekah.
4. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barang siapa yang menyenangkan hati anak perempuannya pahalanya seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah s.a.w)
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga .
7. Daripada Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka".
8. Syurga itu letaknya di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila ayah dan ibumu memanggilmu serentak , Rasulullah s.a.w telah mengajar kita untuk menjawab panggilan ibu terlebih dahulu.
10. Wanita yang taat kepada suaminya akan tertutup untuknya pintu-pintu neraka dan terbuka baginya pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki tanpa dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, para malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya akan beristighfar untuknya selama mana dia masih taat kepada suaminya
12. Aisyah r.a. berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W, Siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita?" Jawab baginda, "Suaminya." "Siapa pula yang lebih berhak terhadap seorang lelaki ?" Tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W lagi, "Ibunya."
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia ke dalam syurga melalui pintu syurga yang mana satu yang dia kehendaki.
14. Setiap seorang perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. mengurniakan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit ketika hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali Allah S.W.T.
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 orang lelaki yang jahat.
22. 1 rakaat solat daripada wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
23. Wanita yang memberi minum air susu ibu kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
24. Wanita yang melayani suaminya dengan baik apabila suaminya pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad.
25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
26. Wanita yang membenarkan suaminya keluar berjuang di jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan memasuki syurga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, wanita itu juga akan menjadi ketua kepada 70,000 malaikat dan bidadari syurga dan wanita itu akan dimandikan di dalam syurga, serta akan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga ananyak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia menghiburkan hati anaknya Allah akan memberi 12 tahun pahala beribadah.
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan bacaan "Bismillah" akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan  membaca "Bismillah", Allah akan berkatkan rezekinya.
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala seperti berpuasa pada siang hari.
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala seperti beribadat pada malam hari.
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah akan mengurniakan satu pahala haji.
34. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid di jalan Allah.
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
36. Jika wanita menyusui anaknya sehingga mencukupi  tempoh(2½ thn), maka malaikat-malaikat dilangit akan membawa khabar berita itu ke syurga dan syurga itu dikatakan adalah wajib baginya. Dan jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang sedang menangis, InsyaAllah Allah akan memberikan padanya pahala satu tahun solat dan puasa.
37. Jika wanita memicit suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
38. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki syurga.
39. Jika suami mengajarkan isterinya akan sesuatu perkara yang tidak diketahuinya ,beliau akan mendapat pahala seperti 80 tahun beribadah.
40. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan terus kepada wanita yang menutupi auratnya iaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
Oleh itu wahai para wanita muslimah yang dihormati dan disegani, bangkitlah dan niatkanlah setiap amalanmu adalah untuk mendapat keberkatan daripada Allah Yang Maha Esa. Semoga anda akan turut menjadi salah seorang wanita pilihan yang diberikan ganjaran syurga yang tiada tolok bandingnya diakhirat kelak. Amin. 

Monday, 13 June 2011

Pesanan Buat Para Wanita

"Nikah gantung jom?Saya nak kahwin dengan awak"
Wanita solehah,tidak akan sesekali berani menawarkan dirinya untuk di kahwini dengan berkata sedemikian rupa kepada lelaki malah dia juga tidak akan sesekali mengajak seorang lelaki berkahwin dengan cara sedemikian kerana dia sentiasa yakin bahawa jodohnya telah ditetap sejak azali lagi.Selain itu seorang wanita solehah juga,lazimnya memiliki sifat malu kerana dia sedar bahawa malu itu sebahagian daripada iman.
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan".
(Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)
Namun, ramai diantara wanita-wanita zaman sekarang yang telah lenyap sifat malu didalam diri mereka.Oleh sebab itu mereka tidak berasa malu untuk berpakaian dengan pakaian yang menjolok mata dikhalayak ramai,merokok di tempat-tempat awam seperti di taman permainan dan kafe-kafe,bergurau senda dengan lelaki yang bukan mahram tanpa batasan dan banyak lagi.Oleh kerana tiada sifat malu ini lah perkara-perkara buruk dan negatif seperti ini berleluasa,maka telah menjadi tugas dan kewajipan seorang wanita muslim itu untuk membataskan diri mereka dengan menanamkan sifat malu yang tebal dalam diri mereka.
Daripada Abi Hurairah r.a bahawa Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Iman itu lebih daripada tujuh puluh atau enam puluh cabang,maka yang paling afdalnya ucapan 'Laailahaillallah' dan yang paling rendahnya membuang perkara yang menyakiti dari jalan dan malu sebahagian daripada iman".
Wahai wanita yang solehah,renungilah kata-kata pujangga ini:
 "Orang yang dituntun oleh agamanya,yang diluruskan oleh akalnya,yang dijaga oleh hartanya dan yang dihiasi oleh rasa malunya maka dia telah menghimpunkan semua nilai keutamaan dalam dirinya".
"I love you...I love you so much...ILYSM...MY (I love you so much....miss you)
Macam-macam ungkapan yang diungkapkan untuk menerbitkan isi hati atau menyatakan cinta dan kasih kepada seseorang.
Patutkah seorang wanita yang berpendidikan agama,menutup aurat sepenuhnya dari hujung rambut hingga hujung kaki berkata begitu pada seorang lelaki yang bukan sesiapa pun pada dirinya,jauh sekali suaminya.Dimana letaknya maruah diri sebagai seorang wanita muslimah?
Jika dia benar-benar seorang wanita muslimah,dia tidak akan sesekali berani berkata begitu,kerana dia sentiasa takut akan kemurkaan Allah Swt.Dia juga akan sentiasa berfikir akan kesan-kesan yang mungkin timbul apabila dia menuturkan kata-kata sedemikian rupa terhadap seorang lelaki yang belum sah menjadi suami.Selain itu wanita solehah juga akan sedar bahawa bukan semudah itu caranya untuk menyatakan cinta kerana wanita solehah sentiasa mengharapkan syurga Allah untuk dirinya.
"Nikah gantung save dan safe...save duit,duduk asing tak apa,i tak kisah.safe hati,boleh jauhkan diri dari maksiat".
Bayangkan sekiranya seorang wanita yang berpendidikan agama,menutup aurat dari hujung rambut ke hujung kaki  mempelawa seorang lelaki berkahwin dengannya dan menyatakan ayat seperti diatas.Alangkah malunya apabila seorang wanita itu berkata seperti ini demi untuk mengajak seorang lelaki yang amat dicintainya mengahwininya sedangkan seorang wanita solehah perlu menyulamkan dirinya dengan perasaan malu dan berederhana ketika bertutur.Seorang wanita dibenarkan mengajak seorang lelaki bernikah namun perlulah dilakukan dengan cara yang betul dan tidak memalukan diri sendiri.
Renungilah Firman ALLAH dalam surah An-Nuur ayat:21 yang bermaksud:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; dan sesiapa yang menurut jejak langkah Syaitan, maka sesungguhnya Syaitan itu sentiasa menyuruh (pengikut-pengikutnya) melakukan perkara yang keji dan perbuatan yang mungkar. Dan kalaulah tidak kerana limpah kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu, nescaya tidak ada seorang pun di antara kamu menjadi bersih dari dosanya selama-lamanya; akan tetapi Allah membersihkan sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya); dan (ingatlah Allah Maha Mendengar) lagi Maha Mengetahui".
ALLAH berfirman lagi dalam surah An-Nuur ayat:26 yang bermaksud:
"(Lazimnya) perempuan-perempuan yang jahat adalah untuk lelaki-lelaki yang jahat, dan lelaki-lelaki yang jahat untuk perempuan-perempuan yang jahat; dan (sebaliknya) perempuan-perempuan yang baik untuk lelaki-lelaki yang baik, dan lelaki-lelaki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik. Mereka (yang baik) itu adalah bersih dari (tuduhan buruk) yang dikatakan oleh orang-orang (yang jahat); mereka (yang baik) itu akan beroleh pengampunan (dari Allah) dan pengurniaan yang mulia".
Bagi para lelaki diluar sana,sudah tentu anda menginginkan seorang isteri yang solehah dan baik budi pekertinya.Lantaran itu,sebagai seorang lelaki anda juga harus berusaha untuk menjadi hamba Allah yang soleh sebelum anda bercita-cita untuk menemui wanita solehah yang anda iimpikan.Antara ciri-ciri solehah seorang wanita yang diimpikan para lelaki ialah wanita itu mesti menjaga solat,taat kepada ibu bapa,berakhlak mulia,menuutup aurat,pandai mengaji al-qur'an,rajin melaksanakan puasa sunat dan lain-lain.
Sememangnya,mencari wanita yang solehah adalah sukar kerana sudah tidak ramai lagi wanita yang memiliki sifat-sifat mulia sebegitu dek kerana hanyut dengan 'trend' zaman sekarang.Tidak kurang juga bagi seorang wanita solehah,semakin sukar untuk menemui lelaki yang soleh  kerana realitinya kini tidak ramai lelaki yang mempunyai sifat-sifat soleh seperti sahabat-sahabat Nabi suatu ketika dahulu.Malah,yang menjadikan pencarian soleh dan solehah ini lebih sukar apabila seseorang itu perlu bijak 'menilai' batiniah seseorang kerana sifat solehah dan soleh itu tentulah berada di dalam hati individu itu sendiri dan tidak boleh dinilai dari sifat luaran seseorang semata-mata.Jika kita hanya menilai seseorang melalui caranya menutup aurat,belum tentu orang yang kita nilai itu baik dari segi akhlaknya. Ada pepatah melayu menyatakan,'Kulit baik,belum tentu isinya baik' manakala pepatah inggeris pula menyatakan 'Dont judge book by it's cover'
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Kepadaku diberikan tiga idaman oleh ALLAH di dunia:isteri solehah,berwangi-wangian dan sejuk mata (jiwa) ku di dalam sembahyang".
(Hadis Riwayat Ahmad dan An Nasai)
Oleh kerana itu wahai para wanita diluar sana,binalah benteng keimanan dalam diri kalian,jadikanlah sifat malu itu sebagai perisai diri kalian,hiasilah diri dengan akhlak yang menawan dan keperibadian yang anggun..moga-moga diri anda akan tergolong dalam kalangan wanita solehah yang sejati yang menjadi idaman setiap lelaki yang soleh...insyaAllah.